Tahukah Anda, bahwa di Thailand, negara penghasil perkebunan nomor satu di dunia tersebut, sebagian pekerjanya adalah monyet! Ya, monyet pekerja ini dididik di sekolah akademi monyet milik Khuru Samporn yang lebih dikenal dengan Samporn Monkey Training Collage. Sekolah ini didirikan pada 1957 di District Kanchanadit, Provinsi Surat Thani.
Pada perkembangannya, selain sebagai akademi pelatihan monyet, sekolah ini juga menjadi objek wisata serta pusat studi banding para pendidik dari berbagai negara untuk melihat langsung dan mempelajari metode pendidikan di sana. Sekolah para monyet ini juga telah dikunjungi oleh organisasi-organisasi dunia, seperti UNESCO, UNICEF serta ONEC untuk dijadikan sumber pembelajaran moral dan wacana untuk membangun konsep pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak manusia.
Apakah yang membuat Samporn Monkey Training Collage menjadi luar biasa? Mari kita simak berbagai keunikan yang dimiliki sekolah ini.
- Sekolah dibuat senyaman mungkin untuk monyet. Khuru Samporn menjelaskan bahwa para monyet akan dapat menyerap setiap ilmu serta pelajaran yang diberikan dengan baik jika mereka merasa nyaman dan menganggap sekolah adalah tempat favoritnya. Oleh karenanya, sekolah dibuat sedemikian rupa mirip dengan habitat alami monyet.
- Khuru Samporn tidak pernah membeda-bedakan siapa calon siswanya. Apakah monyet jinak, liar sampai sangat liar, semua calon siswa diterima dengan tangan terbuka tanpa ada ujian saringan, asalkan usianya sudah di atas 2 tahun. Karena jika belum genap 2 tahun, mestinya monyet tersebut masih harus hidup bersama ibunya untuk mendapatkan kasih sayang dan belum layak untuk dipaksa menjadi pekerja perkebunan. Bukan main!
- Sekolah para monyet ini selalu menekankan tidak boleh menggunakan kekerasan, pukulan, dan hukuman kepada monyet, melainkan dengan pendekatan penuh kasih sayang sebagaimana orangtua kepada anaknya.
- Setiap monyet yang ingin bersekolah dapat masuk kapan saja sepanjang tahun asalkan usianya sudah mencukupi. Di sana tidak dikenal yang namanya Tahun Ajaran Monyet.
- Pelajaran diajarkan sesuai kemampuan dan kecerdasan belajar masing-masing, karena ternyata masing-masing monyet memiliki kemampuan dan kecepatan belajar berbeda-beda.
- Setiap monyet dididik untuk berhasil menguasai keahlian tanpa ada satu siswa pum yang gagal, karena kegagalan siswa merupakan cermin dari kegagalan sang guru.
- Khuru Samporn juga bertanggung jawab untuk memperbaiki perilaku monyet, termasuk jika ada monyet yang kecanduan rokok akibat kebiasaan orang membuang puntung sembarangan lalu dipungut oleh monyet tersebut. Dengan sabar, Khuru Samporn melakukan terapi penyembuhan bagi sang monyet hingga dia benar-benar berhenti merokok. Khuru Samporn belum pernah mengeluarkan siswanya karena perilaku bermasalah ataupun dengan alasan ketidakmampuan belajar. Ia juga merasa bertanggung jawab terhadap setiap muridnya, walaupun dengan segala keterbatasan yang mereka miliki.
- Nilai-nilai lain yang diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah para monyet ini seperti belajar dengan melakukan hal berdasarkan pengalaman (learning by experience), belajar dari hal mudah ke hal yang semakin sulit, guru adalah sahabat siswa, proses belajar harus menyenangkan, hingga cara memperlakukan sisa sesuai kebutuhan dan kemampuan mereka masing-masing.
- Akademi ini tidak melakukan ujian akhir bagi kelulusan para siswanya, juga tidak mengeluarkan ijazah atau gelar bagi para lulusannya. Sekolah hanya menggaransi setiap lulusannya akan dapat melakukan pekerjaannya dengan sangat mahir sesuai pendidikan yang diikutinya. Jika ternyata ada yang dianggap tidak memuaskan, siswa tersebut berhak untuk mendapatkan pendidikan ulang tanpa dipungut biaya.
Jika monyet saja dididik dengan cara sebaik ini, lalu bagaimana dengan pendidikan anak-anak kita di sekolah manusia?
Sumber : Ayah Edy Punya Cerita
Penerbit : Noura Books
Publisher : http://www.emisjateng.com/sekolah-para-monyet
Apakah kita harus belajar dari sekolah para monyet ?!
BalasHapus